Kamis, 16 Desember 2010

profil ilmuan nahwu


Riwayat hidup Abu Al-Aswad
Nama asli Beliau adalah Zhalim bin Amr. Beliau sering dipanggil dengan Abu Al Aswad Ad-Du’ali rahimahullah, ada pula yang menyebutnya dengan Ad-Dili, Al-Allamah, Al-Fadhil, maupun Qadhi Bashrah. Dan beliau dilahirkan pada masa kenabian.
Berikut adalah Pandangan para Ulama tentang Beliau:
·         Ahmad Al Ijli berkata, “Dia tsiqah (terpercaya) dan orang yang pertama kali berbicara tentang ilmu nahwu”.
·         Al Waqidi berkata, “Dia masuk Islam pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup.”
·         Al Waqidi berkata, “Lalu Abu Al Aswad menunjukkan kepadanya apa yang telah ditulisnya,” Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu berkata, “Alangkah baiknya nahwu yang kamu tulis ini.” Dan diriwayatkan pula bahwa dari situlah ilmu nahwu disebut ‘nahwu’.
·         Muhammad bin Salam Al Jumahi berkata, “Abu Al Aswad Ad Du’ali adalah orang yang pertama kali meletakkan bab Fa’il, Maf’ul, Mudhaf, Huruf Rafa’, Nashab, Jar, dan Jazm. Yahya bin Ya’mar lalu belajar tentangnya.”
·         Al Mubarrad berkata, Al Mazini menceritakan kepadaku, dia berkata, “Sebab yang melatar belakangi diletakkannya ilmu nahwu adalah karena Bintu Abu Al Aswad (anak perempuan Abu Al Aswad) berkata kepadanya, ‘Maa asyaddu Al Harri (alangkah panasnya)Abu Al Aswad lalu berkata, Al Hasyba Ar Ramadha’ (awan hitam yang sangat panas)’ anak perempuan Abu Al Aswad berkata, ‘aku takjub karena terlalu panasnya’. Abu Al Aswad berkata, ‘Ataukah orang-orang telah biasa mengucapkannya ?’. lalu Abu Al Aswad mengabarkan hal itu kepada Ali bin Abu Thalib, lalu dia memberikan dasar-dasar nahwu kepadanya dan dia meneruskannya. Dialah pula orang yang pertama kali meletakkan titik pada huruf.”
·         Al Jahizh berkata, “Abu Al Aswad adalah pemuka dalam tingkat sosial manusia. Dia termasuk kalangan ahli fiqih, penyair, ahli hadits, orang mulia, kesatria berkuda, pemimpin, orang cerdas, ahli nahwu, orang syiah, sekaligus orang bakhil. Dia botak bagian depan kepalanya.”
·         Pendapat lain mengatakan, “Abu Al Aswad Ad Du’ali ikut perang Jamal bersama Ali bin Abu Thalib, dan dia termasuk pembesar kelompok Syi’ah dan orang yang paling sempurna akal serta pendapatnya di antara mereka. Ali radhiallahu ‘anhu telah menyuruhnya meletakkan dasar-dasar ilmu nahwu ketika beliau mendengar kecerdasannya.”
Wafatnya:
Abu Al Aswad meninggal disebabkan oleh tragedi ganas yang terjadi pada tahun 69 Hijriyah dalam usia 85 tahun.[1]
Sumber : Ringkasan Syiar A’lam An-Nubala’, karya Imam Adz-Dzahabi. Cet, Pustaka Azzam. Hal : 742-743
Riwayat hidup Imam Sibawaihi
Nama beliau adalah Amr ibn Ustman Qunbar, dan beliau adalah seorang budak dari Ibn Harits ibn Ka’ab ibn Amr ibn ‘Ullah ibn Malik ibn Udad, anaknya bernama Baysar dan Beliau diberi gelar dengan Sibawaihi.
Kalimat Sibawaihi berasal dari bahasa Persia yaitu bau harum buah apel. Beliau dilahirkan di daerah Baidha sebuah desa di negeri Persia berdekatan dengan Syairaz tahun 148 H bertepatan dengan tahun 765 M.
Awal mula beliau menimba ilmu pengetahuan di daerah Syairaz. kemudian, dengan semangat beliau dan keinginan yang sangat kuat untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang kebudayaan agama islam, maka beliau mendatangi negeri Bashrah. Dan ketika itu umur beliau masih sangat  kecil. Maka bertemulah Sibawaihi dengan para ahli fiqh, hadits di negeri Bashrah, dan melazimi menghadiri pengajian syaikh Hammad ibn Salmah ibn Dinar seorang ahli hadits yang sangat terkenal pada masa itu, akan tetapi karena lemahnya bacaan hadits Sibawaihi, oleh gurunya mengganti pelajaran menjadi ilmu Nahwu, dan beliau berkata” Seandainya aku seperti engkau, aku akan mencari ilmu sehingga orang-orang tidak bisa menyalahkan bacaanku”
Setelah itu Imam Sibawaihi mengambil ilmu Nahwu kepada syaikh Khalil, syaikh Yunus ibn Habib dan syaikh Isa ibn Umar dan masih banyak lagi. Sedangkan ilmu bahasa beliau mengambil kepada syaikh Abu al-Khattab al-Akhfasy.


[1] http//alsofwah.or.id //(16 desember 2010//13:00//faizatul faridy)