Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar anak yang akan
membentuk anak itu menjadi apa kedepannya. Kita selaku pendidik anak usia dini harus
kritis dalam melakukan perbaikan dan pembenahan pola didik anak usia dini.
Disinilah guru memiliki peran penting yang sangat penting dalam pembentukan pola
fikir anak.
Seperti yang kita ketahui pada umumnya sekolah-sekolah AUD di Indonesia
pendidiknya adalah seorang perempuan. Padahal tidak ada peraturan yang
mewajibkan guru PAUD itu harus seorang perempuan. Pada sekolah sarjana maupun pascasarjana
sedikit sekali laki-laki yang memiliki minat di bidang ini. Dari sini timbul pertanyaan,
apakah laki-laki tidak pantas mengajar Anak Usia Dini? Apakah laki-laki tidak lebih
baik dalam mengajar anak usia dini dibandingkan perempuan? Padahal pengajar laki-laki
dalam PAUD itu dibutuhkan sebagai model untuk murid laki-laki yang faktanya selama
ini baik murid laki-laki maupun perempuan diajarkan oleh guru perempuan.
Penulis pernah menemukan guru laki-laki di sebuah PAUD dan itupun beliau
hanya mengisi pelajaran Olah raga (kesehatan jasmani) di sekolah tersebut. Sehingga
olah raga itu diidentik dengan sesuatu yang hanya dilakukan oleh laki-laki. Padahal
olah raga itu merupakan hal yang dibutuhkan oleh tubuh, baik laki-laki maupun perempuan
dan bahkan kebanyakan sekolah tidak memiliki guru laki-laki. Berdasarkan hasil
observasi yang saya lakukan disebagian sekolah mengenai hal ini, para kepala
sekolah menjawab tidak ada guru laki-laki yang melamar untuk bekerja di PAUD
mereka dan juga banyak rumor beranggapan bahwa guru laki-laki dikhawatirkan
melakukan pelecehan kepada anak usia dini dan guru perempuan dianggap lebih
cocok pada pekerjaan ini.
Penulis beranggapan bahwa masih minimnya kesadaran masyarakat akan
sosok laki-laki diPAUD. Masih adanya anggapan bahwa guru PAUD itu haruslah seorang
perempuan dan mungkin pemikiran ini berdasarkan pada sifat perempuan yang
dianggap lebih keibuan dibandingkan laki-laki. Padahal dalam diri laki-laki bisa
jadi juga ada sifat kebapa-annya. Dan bisa jadi guru laki-laki bisa lebih baik dalam
mendidik anak usia dini dengan sikap kelaki-lakiannya. Meski belum ada penelitian
mendalam tentang ini, tapi tidak mustahil bagi laki-laki untuk dapat terjun dalam
dunia kePAUDan.
Berdasarkan wawancara kepada beberapa laki-laki mengenai peluang berkarier
di kePAUDan, mereka mengatakan tidak berminat pada bidang tersebut biarlah para
wanita yang berkecimpung disana. Dan alas an mereka terkadang terlihat sepele. Beberapa
pria tertawa saat ditanyakan, dan beberapa lainnya mengatakan bahwa mereka masih
lelaki tulen, dan mereka malu kalau ternyata harus mengambil pendidikan perguruan
tinggi pada jurusan PAUD.
Peran pemerintah dalam hal ini juga sebenarnya sangat berpengaruh. Sayangnya
pemerintah seperti tidak memikirkan hal seperti ini. Di luar negeri pemerintah lebih
cepat dalam mengatasi hal ini. Mereka membayar dua kali lipat gaji kepada guru
PAUD lelaki. Kenapa? Karna permasalahan mereka sebenarnya sama dengan di
Indonesia. Lelaki kurang berminat dalam bidang pengasuhan anak. Namun kebijakan
pemerintah yang dianggap menguntungkan bagi mereka, maka banyak yang mulai memasuki
dan menggeluti bidang pendidikan anak usia dini.
Penulis beranggapan bahwa pentingnya sosok guru laki-laki dalam pendidikan
anak usia dini. Selain menjadi model bagi murid laki-laki, guru laki-laki juga perlu
mewarnai pendidikan anak usia dini. Tentu dengan harapan, dengan adanya guru
laki-laki dalam pendidikan anak usia dini membuat pendidikan anak usia dini lebih
bergairah dalam kinerjanya. Hanya butuh sedikit waktu untuk menumbuhkan kesadaran
ini, namun kita tak pernah tau kapan waktu itu akan tiba. Ini akan menjadi tugas
yang masih harus dibenahi lagi. Akan ada perbedaan yang berarti dengan masuknya
peran laki-laki dalam pendidikan anak usia dini.
Dengan tulisan ini, saya berharap ada kesadaran
diantara kita dalam membangun pola fikir masyarakat kita terhadap pentingnya peran
guru atau pengajar laki-laki dalam pembelajaran Anak Usia Dini. Karna pendidikan
anak usia dini bukan semata kewajiban wanita dan bukan pula pekerjaan milik wanita.
Pendidikan merupakan kewajiban kita semua selaku pendidik. Semoga tulisan ini bermanfaat,..