Rabu, 15 Oktober 2014

Hakikat belajar anak usia dini

1. latar belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak[1]. Pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Proses pembelajaran bagi anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, sumber belajar dan pendidik dalam suatu lingkungan belajar tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Depag RI, 2003 : 2)
Karakteristik anak usia dini adalah aktif melakukan berbagai eksplorasi dalam kegiatan bermain, maka sesuai dengan karakteristik tersebut proses pembelajarannya ditekankan pada aktivitas dalam bentuk belajar sambil bermain yang menekankan pada pengembangan potensi di bidang fisik, intelegensi, sosial-emosional bahasa dan komunikasi menjadi kompetensi/kemampuan yang secara aktual dimiliki anak. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.  
2.     Fungsi dan tujuan pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini berfungsi untuk membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan tahap perkembangannya dan memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang selanjutnya.
Dan tujuan pendidikan anak usia dini yaitu membangun landasan dalam untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan anak usia dini juga bertujuan mengembangkan potensi sosial anak dalam lingkungan bermain yang edukatif lagi menyenangkan.
3.     Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini
Dalam pelaksanaan pendidikan anak usia hendaknya menggunakan prinsip-prinsip berikut ini:
1)    Berorientasi pada perkembangan anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik dianggap perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Dikarenakan anak itu unik, meskipun berada pada usia yang sama namun perkembangan setiap anak itu berbeda satu sama lainnya maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2)    Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
3)    Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
Pembelajaran anak usia dini yaitu lewat bermain. Melalui bermain anak  bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak,  dan  kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.  Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya

4)    Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan  menyenangkan bagi anak, yaitu dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.

5)    Berpusat pada anak

Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif melakukan atau mengalami sendiri. Pendidik bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator.

6)     Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu. Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan dengan aspek perkembangan lainnya saling berkaitan. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh.

7)    Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan  bertanggung jawab, memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

8)    Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar, nara sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru. Penggunaan media dalam pembelajaran membuat pembelajaran lebih menyenangkan.

9)    Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman konsep yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang.

10) Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

11) Pemanfaatan teknologi informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak memenuhi rasa ingin tahunya.[2]

4.     Teori belajar anak usia dini
Pembelajaran pada anak usia dini identik dengan belajar sambil bermain, maupun bermain sambil belajar. Karna anak pada masa ini belum benar-benar siap untuk belajar sepenuhnya. Dan bermain pada anak sangat membantu dalam perkembangannya. Baik dalam perkembangan psikologis, sosialisasi, dan emosional anak. Piaget dalam Mayesty (1990 :42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan diri seseorang. Sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.
Adapun bermain pada anak usia dini dalam pandangan ahli dapat di uraikan sebagai berikut :
·      Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers (1995:95), berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan, sedangkan Freud menyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai suatu yang serius.
·      Docket dan Fleer (2000:41-43) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
·      Vygotsky dalam Naugton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak bermain pura-pura, maka anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen. Berhubungan dengan pembelajaran, Vygotsky dalam Naugton (2003:46) berpendapat bermain dapat menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak.

Proses pembelajaran anak usia dini harus didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu:
1.  Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
2.   Proses kegiatan belajar pada anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang
kondusif dan inovatif baik didalam ruangan maupun diluar lingkungan.
3.     Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh.[3]

5.     Model pembelajaran anak usia dini
Model pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpusat pada Guru dan pembelajaran berpusat pada Anak. pembelajaran yang berpusat pada Guru diprakasai oleh Povdov, Skinner, dan tokoh-tokoh behavioris lainnya. Adapun pembelajaran berpusat pada Anak diprakasai oleh Piaget, Erikson dan Isaacs.[4]
            Teori Behavioris, berdasarkan penelitian pavlov dalam mengamati prilaku hewan, bahwa jika hewan diberikan stimulasi tertentu, maka menimbulkan respon yang tertentu sesuai dengan stimulasi yang diberikan. Skinner mengemukakan bahwa seluruh prilaku manusia dapat dijelaskan atau diamati sebagai respon yang terbentuk dari berbagai stimulus yang pernah diterima dari lingkungannya.
            Teori Perkembangan, para ahli psikologi perkembangan melihat bahwa anak memiliki motivasi diri yang dimilikinya sejak lahir untuk menjadi mampu. “Motivasi berkemampuan”  inilah yang kemudian dipandang oleh para ahli psikologi sebagai dasar untuk mengembangkan pembelajaran yang berepusat pada anak, dengan menghargai seluruh proses perkembangan yang dimiliki oleh anak dan berkembang sesuai dengan ritme yang dimiliki masing-masing anak, dengan menciptakan lingkungan dan menyediakan peralatan yang menyediakan kesempatan pada anak untuk belajar dan berkembang.
            Para ahli psikologi telah menemukan pola dan tahapan dalam perkembangan yang berasal dari pengendalian yang muncul dari dalam diri anak, seperti kognitif, sosial-emosional, dan perkembangan fisik. Melalui pengetahuan ini dapat diciptakan lingkungan bekajar yang berbasis bermain untuk anak sehingga dapat mendukung perkembangan anak.

6.     Metode belajar bagi anak usia dini
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa dimana anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun menurut Penasehat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr. Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
a.      Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
b.     Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
c.     Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.[5]

Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.


[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta barat : Indeks, 2013) hlm 7
[2] Diakses dari http://paudonline.wordpress.com/2012/09/26/hakikat-pendidikan-anak-usia-dini/
[3]Diakses dari http://12042ma.blogspot.com/2014/01/teori-belajar-dan-pembelajaran-pada.html