No
|
PENDEKATAN
|
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
1
|
Montessori
|
1.
Konsep-konsep
pendekatan Montessori dapat diberikan pada anak dari berbagai latar belakang
dan kondisi yang beragam.
2.
Berhasil
menghasilkan konsep dan material / alat pendidikan yang sistematis dan operasional
sesuai dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak.
3.
Memiliki
laboratorium sekolah dan sistem penyelenggaraan yang terkontrol terhadap
seluruh sistem pendidikan Montessori.
4.
Mengeluarkan
panduan-panduan tentang sistem pembelajaran di sekolah Montessori.
5.
Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda
akan membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap dan saling
membantu pada anak.
|
1.
Terlalu
bersifat perseorangan, sehingga memerlukan rasio perbandingan antara guru dan murid yang kecil.
2.
Memerlukan
media pembelajaran yang sangat beragam serta harga material yang sangat mahal
sulit terjangkau oleh sekolah-sekolah umum.
3.
Pelatihan
penyelenggaraan konsep pendidikan Montessori sangat mahal bagi guru-guru di
sekolah umum
4.
Pendekatan ini
menggabungkan anak yang beragam usia dalam pembelajarannya, ini akan menyulitkan
guru dalam menilai perkembangan anak yang tiap usia berbeda tahap
perkembangannya.
|
2
|
VYGOTSKY
|
1.
Berfikir : Dalam
proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan.
2.
Faham : Oleh
karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih faham dan bisa mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3.
Ingat : Oleh
karena murid terlibat aktif secara langsung, mereka akan mengingat konsep
lebih lama. Melalui pendekatan ini murid dapat membangun sendiri pemikiran
mereka, seingga mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
4.
Kemampuan
sosial : Kemampuan sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan teman
dan guru dalam membangun pengetahuan baru.
5.
Menyenangkan : pembelajaran
yang melibatkan anak secara langsung akan lebih menyenangkan dibandingkan
anak hanya menerima apa yang disampaikan guru, dan ini akan membuat anak
lebih mudah memahami pembelajaran.
6.
Permainan
berpura-pura akan meningkatkan daya imajinasi anak.
7.
Permainan
akan membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mengatur sendiri perilaku
fisik, sosial, dan kognitif mereka.
|
1.
Siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi.
2.
Konstruktivisme
menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
3.
Situasi dan
kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
4.
Dalam bermain
peran biasanya anak-anak akan sulit diatur, maka ini akan sedikit proses
pembelajaran.
5.
Penilaian
yang melihat proses dibandingkan hasil akan sulit dalam menentukan tuntas
tidaknya kemampuan anak.
|
3
|
High Scope
|
1.
Model High/ Scope membantu guru dalam berkonstibusi lebih banyak
pada perkembangan anak
2.
Pada model pembelajaran ini, anak dituntut untuk memilih
pembelajaran apa yang akan mereka pelajari. Dan dengan anak dibiarkan memilih
kegiatan mereka sendiri maka itu akan sangat baik untuk perkembangan kognitif
dan bahasa anak dan membuat mereka mengingat materi lebih lama.
3.
Membentuk anak menjadi pembelajar yang aktif.
4.
Memiliki manfaaat dalam jangka panjang bila diterapkan kepada
anak-anak yang hidup dalam kemiskinan
5.
Membentuk kemandirian anak dalam mengambil keputusan dan
memecahkan masalah.
6.
Membentuk anak agar lebih siap untuk memasuki sekolah dasar.
7.
Model high scope tidak hanya mencetak anak yang berhasil dalam
bidang akademik, namun juga memiliki skill termasuk diantaranya emotional
skill dan social skill.
8.
Kerja sama yang erat antara orang tua dan anak
sehingga memaksimalkan perhatian yang mendukung tumbuh kembang anak
|
1.
Dalam model high scope, anak dan guru adalah mitra kerja dalam
artian tidak ada pendidikan moral dalam menghargai guru.
2.
Guru harus kreatif menciptakan suasana yang dapat mendorong
siswa untuk aktif.
|
4
|
Waldorf
|
1.
Mainan disekolah ini bersifat sederhana dan terbuka sehingga akan
mendorong imajinatif anak.
2.
Semua kegiatan tidak bersifat akademik melainkan kegiatan
terapan, kegiatan ini akan mendorong perkembangan kemauan dan kreatifitas
anak.
3.
Model ini menekankan bahwa masa usia dini adalah masa emasnya
anak yang bila dikembangkan secara baik segala potensi anak berkembang dengan
baik pula.
4.
Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda
akan membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap dan saling
membantu pada anak.
5.
Kerja sama yang erat antara orang tua dan anak
sehingga memaksimalkan perhatian yang mendukung tumbuh kembang anak
|
1. Tidak dapat
diimplikasikan pada sekolah umum, ini dikarenakan filosofi agama kristennya.
2. Pendekatan
ini lebih berfokus pada aspek sosial emosional dan
kurang pada aspek kognitif.
|
5
|
Bank Street
|
1.
Pendekatan pembelajaran dilakukan melalui hal-hal
yang paling disukai oleh anak.
2.
Anak bebas memilih permainan yang diinginkan
3.
Anak-anak didorong untuk belajar dengan cara mereka
sendiri
4.
Bank street menggunakan bermain sebagai cara
pembelajaran yang terbaik
|
1.
Pada pendekatan ini tidak tampak adanya keterlibatan
orang tua
2.
Guru dituntut untuk menguasai topic dan mendapatkan
pelatihan.
3.
Perlu adanya perhatian terhadap rasio guru dan anak
4.
Pendekatan ini memerlukan sarana prasarana serta fasilitas pendidikan yang memadai
|
6
|
Reggion Emilia
|
1.
Anak dilatih untuk bekerja mengamati sesuatu berdasarkan rencana
belajar dan waktu yang telah disusun
2.
Kurikulum yang dibuat berdasarkan kebutuhan anak
3.
Anak dapat bebas menyalurkan imajinasinya melalui
kreatifitas anak yang didukung penuh oleh pendekatan ini.
|
1.
Dibutuhkan banyak bahan dan perlengkapan untuk mendukung
kreatifitas anak, tidak hanya itu guru yang dibutuhkan pada pendekatan ini kreatif
lagi terlatih.
2.
Dibutuhkan gedung yang luas untuk pendekatan ini,
ini dikarenakan banyaknya sentra maupun area yang diperlukan pada
pembelajarannya.
|
7
|
BCCT
|
1. Kurikulumnya diarahkan
untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali sendiri
melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga
mendorong kreativitas anak.
2. Pendidik lebih berperan
sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan
mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif.
3. Pembelajarannya bersifat
individual, sehingga rencana, dukungan, dan penilaiannya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, dan kebutuhan setiap anak, dan sebagainya
4. Pengembangan
Kurikulum diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali sendiri
melalui berbagai pengalaman main di sentra – sentra kegiatan sehingga
mendorong kreatifitas anak.
5. Pembelajaran
bersifat individual, sehingga perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
6. Kegiatan pembelajaran
terinci dengan jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada
pemberian pijakan – pijakan sebelum, selama dan sesudah main sehingga dapat
dijadikan panduan bagi pendidik pemula.
7. Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif,
kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat
kesalahan.
8. Setiap perkembangan
bermain anak dirumuskan secara jelas, dan untuk dijadikan acuan bagi pendidik
dalam melakukan penilaian perkembangan.
9. Penerapan metode BCCT tidak bersifat kaku,
dapat dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat.
|
1. Memerlukan
banyak ruangan yang luas, dan
membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
2.
Penerapannya sedikit lebih sulit apabila dibandingkan dengan penerapan metode konvensional yang
cenderung klasikal seperti banyak kita
jumpai di masyarakat.
|
8
|
Project Base
|
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting,
dan mereka perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang
melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang
sesuai dunia nyata
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar
mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
|
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan
masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
4. Peserta didik yang
memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan.
5. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
6. Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan
|
9
|
Spectrum
|
1. Kurikulum saling
berkaitan dengan penilaian sehingga bisa menjadi evaluasi tersendiri
|
1. Tidak tampak
adanya keterlibatan orang tua
2. Guru dituntut
untuk menguasai materi dan kurikulum, dalam artian guru harus handal dan
sudah terlatih.
|
10
|
Piramida
|
1. Suatu metode
yang bisa merangsang kemandirian anak melalui pembelajarannya.
2. Suatu metode
yang menekankan perhatian guru terhadap tiap individu anak sehingga membuat
anak merasa nyaman dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak.
3. Mengoptimalkan
seluruh kemampuan anak sehingga ini akan berguna dalam jangka panjang untuk
anak
4. Kerja sama
yang baik antara orang tua dan anak sehingga memaksimalkan perhatian yang
mendukung tumbuh kembang anak.
5. Guru yang
menggunakan metode ini akan diberikan pelatihan terlebih dahulu, sehingga
dapat dipastikan akan memberikan pengasuhan yang tepat sesuai dengan konsep dari
metode piramida itu sendiri.
6. Metode
Piramid menunjukkan dampak positif pada ukuran hasil perkembangan
|
1. Guru akan
kesulitan untuk memantau anak secara individualis.
2. Penilaian anak
yang dilakukan pada masing-masing perilaku anak sedikit sulit bila dilakukan
oleh seorang guru, oleh karena itu mungkin akan dibutuhkan beberapa guru pendamping
maupun pengasuh agar semua anak mendapatkan perhatian dan penilaian juga bisa
dilakukan tampa kendala.
|
Minggu, 04 Januari 2015
Kelebihan dan kelemahan pada masing-masing pendekatan pendidikan anak usia dini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar